BTS : Bandung Trip Story
Oleh : Khikmatul Khanun
Seperti tahun-tahun yang sudah
terlewatkan, kali ini kelas 8 angkatan 65 SMPN 1 Wonosari giliran mengadakan
karya wisata guna merefresh pikiran
setelah hampir satu minggu menjalani PTS (Penilaian Tengah Semester). Tujuan kami kali ini yaitu ke Paris Van Java atau biasa kita sebut dengan Kota Bandung. Sangat
ditunggu-tunggu bukan?
Pada hari Sabtu, 11 Maret 2017, rombongan siswa kelas 8
angkatan 65 berkumpul di lapangan basket SMPN 1 Wonosari. Kami baris berbanjar
menurut pengelompokan bis yang akan menghantarkan kami ke tujuan. Di situ lah kami para rombongan berdo’a bersama
sebelum keberangkatan dimulai yaitu pada pukul 15.00 WIB.
Kami berangkat menggunakan 4 bis yang bernama Anggi Transpot. Teman sekelasku yang
satu bis denganku antara lain, Ni’ma, Ishma, Nares, dan Nius/Yoga. Kami berlima
berada dalam bis 3. Teman dudukku di dalam bis bernama Carla, dari 8E.
Menyenangkan bisa satu tempat duduk dengan Carla, ia begitu humble dan perhatian kepadaku. Kami
saling bertukar pengalaman ketika bercakap di kala perjalanan.
Perjalanan keberangkatan kami penuh
dengan kegembiraan. Di antaranya, kami asyik berbincang, menikmati camilan,
berbagi pengalaman, mendengarkan musik, menonton tayangan, berbagi bekal
makanan, juga melihat jalanan
sekeliling yang penuh dengan kemacetan. Pada jadwal diperkirakan kami akan
sampai di kota tujuan pada tanggal 12 Maret pukul 04.00 WIB
atau kurang lebih sekian. Namun tak disangka dan tak dinyana, ternyata itu
meleset jauh dari yang kita duga! Kami tiba di sana pada lebih kurangnya pukul 09.00 WIB kawan... Ya maklum karena kondisi jalanan yang begitu
memprihatinkan, seperti macet berkepanjangan dan banjir menggenang sehingga
mengulur waktu beberapa saat. Tapi untunglah kami tiba dengan selamat.
Dengan kondisi perut keroncongan, raut
wajah kusam, kami menuju tempat persinggahaan untuk membasuh diri dan (masih
bisa dikatakan) sarapan. Setibanya di persinggahan, kami berbondong-bondong
membawa perabotan untuk mandi dan sebagainya. Beberapa dari kami ada yang
mendahulukan makan. Namun, tanpa pikir panjang aku memilih untuk mandi terlebih
dahulu. Aku pikir lebih baiknya mandi terlebih dahulu sebelum makan, tapi apa
boleh buat alhasil setelah mandi dan berpakaian kaos angkatan, akhirnya jatah
makan pagiku tak sekomplit yang disantap kawan-kawan. Tak apa, setidaknya perut
yang tadinya mengaum sekarang sudah lebih terkendalikan. Kala itu Nafil kelas
8F bersamaku. Sama-sama lemotnya juga.
Setelah semua beres, perjalanan kami
lanjutkan menuju Taman Bunga Begonia. Perjalanan yang kami tempuh tak begitu
lama, hanya sekitar 1 jam. Sesampainya di Begonia, semangat kami serasa seperti
full kembali meskipun setelah
mengetahui adanya aturan bahwa dilarang membawa kamera digital ke dalam taman.
Setidaknya kita masih bisa menikmati keelokan Begonia tanpa kamera bukan?
Kesegaran dan keindahan bunga-bunga yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata
membuat para pengunjung tertarik untuk selfi ria bersama. Meskipun hanya
sebatas menggunakan kamera handphone. Tak
masalah, selagi kita selalu bersama.
Selain terdapat berbagai macam bunga, ada
pula patung hiasan, kebun sayuran, kuda palsu, kuda sungguhan, ada juga kelinci
di Taman Begonia ini loh... Tapi
sayuran itu tidak untuk dibawa cuma - cuma alias tidak gratis kawan. Setiap
sayuran yang kami petik harus ditimbang terlebih dahulu untuk kita bayar lalu
boleh bisa dibawa pulang. Kelinci itu hanya untuk diajak berfoto juga, bukan
untuk dibawa pulang apalagi untuk oleh-oleh.
Selepas kami bermain di Taman Begonia,
perjalanan kami lanjutkan ke tempat persinggahan untuk makan siang. Setelah
makan siang, kemudian wisata kami berlanjut ke Farm House, di Lembang. Di Farm
House ini kami diberi sebuah karcis yang dapat ditukar dengan segelas susu sapi
segar. Terdapat 3 varian rasa pada susu segar ini, yaitu original, coklat, dan
strawberry. Kami lebih memilih untuk menjelajah dan berfoto ria terlebih
dahulu. Saat waktu berkunjung menjelang berakhir, aku menukarkan karcisku
dengan segelas susu coklat segar lalu menikmatinya di dalam bis, emm nikmat. Di
Farm House ini, kami menjumpai berbagai makanan yang berbahan dari susu,
terdapat juga berbagai tumbuhan dan binatang.
Kunjungan kami di Farm House diakhiri pada pukul 16.00 WIB. Niat
awalnya, kami akan mengunjungi Museum KAA. Namun karena waktu berkata lain,
maka kami hanya bisa berlapang dada.
Kami naik bis menuju Cibaduyut. Kami
tiba di Cibaduyut pada pukul 17.00 WIB, dan diberi waktu sampai pukul 20.00 WIB
untuk berkeliling melihat Cibaduyut. Di Cibaduyut, kami dapat membeli pakaian,
sepatu, boneka, makanan, dan aneka souvenir lainnya. Memang harganya lebih
terjangkau dari yang ada di Wonosari, tapi tidak sedikit dari kami yang malas
membeli.
Ketika jam menunjukkan pukul 20.00 WIB,
kami bersiap menuju tempat untuk makan malam sekaligus bermalam. Setibanya di
tempat penginapan-Hotel Serena-, kami langsung bertata untuk menyantap makan
malam bersama. Setelah makan malam usai, saatnya pembagian kunci kamar hotel.
Aku mendapat kunci ruang nomor 111, letaknya di lantai paling bawah. Kemudian kami
memasuki kamar kami masing-masing. Saat itu aku satu kamar dengan kawan sekelasku
yaitu Dascha, Nurul, dan Aisy. Sesudah kami berempat menata segala tetek-bengek
di dalam kamar, kami bersiap mandi dan shalat. Setelah semuanya clear, kami pun merasa lega dan anehnya,
kami kehilangan rasa kantuk perjalanan. Rasa lelah musnah seketika, sehingga
kami mengisi malam dengan berbincang sambil menonton kartun Teletubies di televisi yang menempel
pada dinding ruangan.
Alarm I berdering keras
membangunkanku, menunjukkan hari itu tanggal 13 Maret 2017 dan pukul 03.15 WIB.
Pikiranku belum sepenuhnya berkumpul, dalam batinku berkata bahwa rasanya aku
tidur belum begitu lama. Aku langsung membangunkan Nurul tanpa rasa kasihan
terhadapnya yang saat itu entah sedang bermimpi indah apa. “Rul, kuwi sik muni
alarme sapa?”, yap, tepatnya seperti itulah perkataanku membangunkannya.
Meskipun suaraku begitu lirih diselingi mulutku yang tak henti menguap, tapi si
Nurul masih dapat kubangunkan kala itu. “HPmu Khik.” Jawabnya singkat tanpa
rasa terusik karena kecerobohanku yang telah membangunkannya dari mimpi indah. “Waduh... maaf Rul”, itulah batinku setelah
mematikan alarm, sebelum akhirnya kembali tengkurap di atas ranjang.
Pukul 04.00 WIB alarm II giliran berbunyi.
Bagus, kali ini aku mengenali suara itu berasal dari Hpku (lagi). Namun aku tak
tahu setan apa yang berhasil mengelabuhiku untuk memilih tetap tidur dan
mengabaikan dering itu. Hingga akhirnya aku terbangunkan oleh suara Dascha yang
nyaris teriak bahwa sudah memasuki pukul 07.00. Nurul adalah orang pertama yang
membangunkan Dascha, lalu Dascha membangunkanku, kemudian kami bertiga
membangunkan Aisy. Kami sekamar adalah cewek-cewek yang bangun kesiangan, Wew-1. Kira-kira mimpi apakah kami
berempat semalam?
Kami berempat bergegas. Untunglah
semua barang terkemas sejak tadi malam, sehingga kita tinggal bersih-bersih dan
shalat subuh. Tapi tetap saja ada rasa ketergesa-gesaan juga diiringi
rasa tidak enak karena telah melalaikan jadwal, apalagi shalat subuh pada pukul
sekian. Ditambah lagi aku giliran mandi paling akhir dari mereka, tapi mending lah daripada tidak mandi. Namun kali ini
yang kita korbankan adalah sarapan. Wew-2
Tak
lama menunggu, akhirnya bis kami berangkat meninggalkan Hotel Serena menuju
Museum Geologi. Di tengah perjalanan rasa melilit dalam perutku datang. Akupun
merogoh bekal yang ada di dalam ransel, berupa wafer coklat lalu menyantapnya
hingga setengah bungkus tersisa. Lega, rasa laparku terganjal.
Setibanya di Museum Geologi, kami masih harus
berjalan. Hal itu dikarenakan tempat parkir yang padat pengunjung lainnya. Tak
jauh memang, tapi lumayan. Tak hanya itu, sesampainya kita di depan Museum
Geologi, kami masih harus mengantre untuk masuk ke dalam dengan berbaris dua
banjar kemudian dibagikan karcis tanda untuk masuk ke dalam museum. Di sana
kami dapat melihat berbagai macam fosil. Kami berada di sana selama kurang
lebih 1 jam.
Di dalam
Museum, aku, teman sekelasku yaitu kelas 8H dan Pak Sigit, selaku wali kelas
kami foto bersama dengan berbagai pose kemudian diedit oleh petugas museum agar
tampak menarik. Sayangnya foto kami belum juga tercetak padahal waktu kunjungan
kami telah berakhir. Aku dan Nurul menunggu hasil cetakan foto itu, sedangkan
kawan-kawan lainnya sudah menaiki bis dan siap pergi meninggalkan tempat,
berangkat ke objek selanjutnya. Hatiku semakin resah karena 5 kali pencetakan hasilnya tidak
memuaskan (wew-3) dan aku merasa
tidak enak karena menjadi bahan tungguan orang banyak. Nurul apalagi, dia pasti
juga merasa bersalah. Setelah berdiskusi panjang-lebar dengan bapak pencetak
foto, akhirnya kami berdua dapat meng-cancel
cetakan foto kami. Sebagai gantinya, bapak tersebut memberikan 2 lembar
hasil cetakan foto tadi pada kami. Meski tak begitu bagus tapi lumayan untuk
kenang-kenangan. “Kenapa nggak dari tadi to
Pak, Pak???” _- , sayangnya hanya kuucap dalam hati karena terburu oleh rasa
gerogi.
Langkahku
setengah berlari menuju bis sedikit gontai. Rasa ketidak enakan kembali
menghampiriku dan Nurul. Padahal kami berdua beda bis. Aku bis 3, sedangkan
Nurul bis 1. Apalagi jarak kami berjalan terasa lebih jauh dari jarak
kenyataannya. Sesampainya akan memasuki bis, aku langsung meminta maaf dan
menjelaskan alasanku terlambat pada bapak sopir dan teman semua. Untunglah
mereka semua memaafkan.
Tak lama
setelah aku berhasil mengatur nafas, bis pun berjalan menuju Sundial. Cuaca di
Sundial begitu terik. Awalnya aku mengira bahwa kita akan panas-panasan, tapi
syukurlah kita di dalam ruangan. Di Sundial kami mencoba berbagai peralatan
yang berkaitan dengan sains. Seperti jam matahari vertikal dan horizontal,
bermain pasir besi, dll. Yang paling unik (menurutku) yaitu sepeda melintas di atas
tali, karena membutuhkan keseimbangan.
Setelah
berkeliling dan terkagum, kami keluar dari ruangan dan panas-panasan. Kami
diarahkan ke seberang jalan lalu akhirnya berfoto di bawah (samping) tower, di
atas semacam perbukitan. Ada yang jongkok, loncat, nggelundhung, dan pose lain sebagainya. Kami senang bisa
mengabadikan momentum yang jarang seperti ini.
Sekiranya
waktu berkunjung habis, kami beranjak dari tempat. Aku cepat-cepat masuk bis
dan mulai mencari sisa wafer coklatku lalu menghabiskannya akibat sudah tak
tahan dengan rengekan perutku karena pagi tadi tak sempat sarapan di hotel.
Tapi yang membuatku lupa akan rasa lapar itu adalah karena tujuan wisata
terakhir yaitu Trans Studio, khususnya nanti makan terlebih dahulu setibanya di
area. Hore!
Perjalanan
menuju Trans Studio tak terasa berarti. Kami bergegas menuruni bis lalu
menyantap dengan lahab nasi box yang telah dibagi. Setelah itu sholat terlebih
dahulu, baru menuju Trans Studio. Sebelumnya kami telah menerima karcis masuk,
kemudian kami menaiki eskalator menuju lantai atas Trans Studio. Kami masuk
dicek satu-persatu, memastikan agar tak ada yang membawa makanan ataupun
minuman dari luar.
Setelah
berhasil masuk, kami langsung membaur dengan pengunjung lain. Mula-mulanya
hanya melihat, kemudian aku tertarik menaiki Giant Swing. Pada saat itu aku dan kawan-kawan belum tahu bagaimana
jalannya wahana tersebut, kami pun langsung buru-buru antre. Kami kira akan
biasa saja, normal-normal saja. Eh, ternyata setelah beberapa saat menunggu,
kami akhirnya tahu ternyata kita akan di putar dan diayun-ayun dengan
dahsyatnya oleh permainan itu. Kami buat mimik wajah woles supaya tidak
terlihat nerfous. Hingga tiba
waktunya kami menaiki wahana Giant Swing,
Wow menantang bukan main! Banyak di antara kami yang histeris, dan
teriak-teriak. Saat seperti ini aku selalu berzikir, Lailahailallah...
Selanjutnya
kami memasuki Full Effects Action. Di
dalam sana kami disuguhkan drama action berdurasi sekitar 20 menit yang nampak berbahaya
tetapi sangat mengutamakan keamanan dan keselamatan. Tema yang diambil pada
action yang disuguhkan yaitu kejahatan berakhir dengan keadilan. Para
pemerannya begitu profesional sehingga membuat para pemirsa tergagum-kagum dan
tak jarang ada yang histeris. Ada pak polisi, penjahat, perampok, penjaga
swalayan, bencong, dan lain sebagainya. Properti yang digunakan di dalamnya
juga tidak tanggung-tanggung, ada mobil, saluran air, pistol, dan api juga.
Latar yang ada tidak monoton, seperti POM bensin, gedung, dan swalayan. Acting
yang (menurutku) keren yaitu saat salah satu tokoh di dalamnya ada yang
terbakar, berani sekali. Tidak menyesal telah menghabiskan 20 menit untuk
menyaksikan wahana tersebut, keren...
Yang ke-3
adalah Dunia Lain. Hanif, Jalu 8G, Ni’ma, Putri, dan Aku tentunya, kami berlima
berniat untuk mengetest rasa keberanian kita. Antrean memasuki wahana ini
begitu panjang, namun kami tetap sabar karena rasa penasaran yang mendalam.
Tiba saatnya masuk wahana, kami difoto terlebih dahulu dengan berpose ala-ala
harimau yang memamerkan cakar tajamnya. Dalam satu kereta yang akan menghantar kami
di perjalanan menyusuri wahana, minimal harus terdapat 3 orang dan maksimal 4
orang. Berhubung jumlah kami ganjil yaitu 5, mau tak mau salah satu dari kami
harus berpisah. Siapa itu? Akulah yang merelakan diri untuk berpisah dengan
mereka dan berniat satu kereta dengan 2 orang sebayaku yang berasal dari
rombongan lain. Mereka berdua sama sekali tidak aku kenal, tapi masih mending
karena mereka adalah perempuan. Wew-4.
Dalam perjalanan menyusuri wahana tentunya wajah kami yang semula bahagia,
relaks berubah menjadi sedikit was-was. Saking suasananya kemrungsung, aku
sampai lupa menanyakan siapa nama teman satu keretaku itu. Apalagi dengan
mereka berdua yang sangat ketakutan, sampai-sampai memintaku untuk memegangi
tangannya. Padahal wahana itu sebenarnya tak semengerikan yang ada
dibayanganku. Seandainya wahana ini sekeren namanya, pasti akan lebih greget
deh. Sayangnya yang mengisi itu cuma boneka dan beberapa proyektor saja. Euh!
Selanjutnya
aku menaiki Dunia Raksasa/Halilintar/Histeria atau apa sajalah orang menyebutnya.
Aku menunggu parade berlangsung terlebih dahulu karena wahana ini diberhentikan
sementara hingga parade usai. Setelah parade selesai, barulah tantangan
dimulai. Ketika aku, Ni’ma, Putri, Gilang dan Hanif naik wahana ini, kami
merasa akan lebih terpacu adrenalinnya. Namun ternyata lebih menegangkan naik Giant Swing tadi. Pertama, kita duduk
dan mengancingkan perlengkapan keamanan. Kedua, kita akan segera diluncurkan
naik ke atas. Pada saat itu belum terasa sensasi menegangkannya. Ketiga, wahana
akan berhenti beroperasi sejenak ketika telah mencapai puncak. Saat itulah kita
bisa menyaksikan pemandangan wahana-wahana lain yang bergemerlap dari
ketinggian. Kemudian, saatnya BOOM!!! Kami dihempaskan ke dasar, rasanya begitu
menakjubkan. Dan begitulah seterusnya secara berulang hingga kita diturunkan.
Wahana
ke-5 adalah Jelajah, sejenis kereta yang melintasi air (eh?) . Seru sekali. Jadi, kita basah-basahan waktu itu. tapi ada
sedikit kecewa sih. Mending kalau airnya jernih, tak berbau, nikmat. Tapi ini
mah airnya tidak aman, soalnya berbau. Memang menantang tapi bisa membuat
trauma karena pasal air yang berbau itu. Tetap semangat meski pernah dikecewakan J(pesan moral)
Nah
berikutnya, Yamaha Racing Coaster. Itu loh yang background-nya gambar kingkong mangap. Terlihat menantang
adrenalin. Aku mencobanya dengan semangat, bahkan temanku mencobanya
berulang-ulang saking ketagihannya. Menurutku permainan ini tak begitu
menegangkan. Predikat utama sementara masih diduduki oleh Giant Swing. Oke, tetap keren kok...
Ini nih,
akhirnya wahana yang paling kena bagiku yaitu Vertigo. Sekilas bila kita lihat,
wahana ini memang nampak sederhana. Namun, siapa sangka bahwa nyatanya wahana
ini begitu menggugah adrenalin para penaiknya. Di wahana ini aku dan temenku
serasa diputer, blender, diangkat, digulung-gulung. Paling TOP pokoknya. Tidak
panjang kali lebar, satu kata buat Vertigo. Warbyasah!
Wahana
yang terakhir kukunjungi yaitu Ocean World. Dunia ikan yang unik sekali.
Edukasi cocok untuk anak usia dini. Tujuan utamaku ke sini untuk merefresh setelah menaiki berbagai wahana
berat, karena memang di dalam wahana ini suasananya begitu menyejukkan. Kita bisa belajar, bermain, menggali
informasi, dan berfoto juga. Ternyata tidak hanya menenangkan saja, tapi juga
menarik dan bermanfaat untuk mendidik anak. Wahana yang rekomended banget!
Kawan,
sebenarnya banyak peristiwa yang kita alami tiap harinya. Tersimpan sejuta
petuah dalam pengalaman yang kita punya. Mulailah memahami setiap apa yang
kalian terima, dan jangan pernah mengeluhkan sebuah kesulitan yang ada.
Kita
tidak boleh memaksakan kehendak dengan keadaan yang kenyataannya berbeda dengan
yang kita inginkan. Itu tidak seharusnya dilakukan. Justru hal itu akan
mempersulit keadaan.
Mungkin pengalamanku ketika liburan ke Bandung
ini tak semenyenangkan yang aku bayangkan, tapi aku sadar setiap yang terjadi
itu adalah ketetapan Allah swt, dan aku sadar bahwa aku tak mampu merencanakan
apalagi memungkiri sekenario dari Tuhan. Yakinlah, setiap terselip suatu
kesulitan, pasti di sana juga akan dilimpahkan kenikmatan.
Sekian
kisah pengalamanku di Bandung, semoga bermanfaat bagi kalian J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar