Sabtu, 18 Maret 2017

Karya Wisata ke Bandung, Kelas 8 angk.65

BTS : Bandung Trip Story
Oleh : Khikmatul Khanun

          Seperti tahun-tahun yang sudah terlewatkan, kali ini kelas 8 angkatan 65 SMPN 1 Wonosari giliran mengadakan karya wisata guna merefresh pikiran setelah hampir satu minggu menjalani PTS (Penilaian Tengah Semester). Tujuan kami kali ini yaitu ke Paris Van Java atau biasa kita sebut dengan Kota Bandung. Sangat ditunggu-tunggu bukan?


Pada hari Sabtu, 11 Maret 2017, rombongan siswa kelas 8 angkatan 65 berkumpul di lapangan basket SMPN 1 Wonosari. Kami baris berbanjar menurut pengelompokan bis yang akan menghantarkan kami ke tujuan. Di situ lah kami para rombongan berdo’a bersama sebelum keberangkatan dimulai yaitu pada pukul 15.00 WIB.
Kami berangkat menggunakan 4 bis yang bernama Anggi Transpot. Teman sekelasku yang satu bis denganku antara lain, Ni’ma, Ishma, Nares, dan Nius/Yoga. Kami berlima berada dalam bis 3. Teman dudukku di dalam bis bernama Carla, dari 8E. Menyenangkan bisa satu tempat duduk dengan Carla, ia begitu humble dan perhatian kepadaku. Kami saling bertukar pengalaman ketika bercakap di kala perjalanan.
          Perjalanan keberangkatan kami penuh dengan kegembiraan. Di antaranya, kami asyik berbincang, menikmati camilan, berbagi pengalaman, mendengarkan musik, menonton tayangan, berbagi bekal makanan, juga melihat jalanan sekeliling yang penuh dengan kemacetan. Pada jadwal diperkirakan kami akan sampai di kota tujuan pada tanggal 12 Maret pukul 04.00 WIB atau kurang lebih sekian. Namun tak disangka dan tak dinyana, ternyata itu meleset jauh dari yang kita duga! Kami tiba di sana pada lebih kurangnya pukul 09.00 WIB kawan... Ya maklum karena kondisi jalanan yang begitu memprihatinkan, seperti macet berkepanjangan dan banjir menggenang sehingga mengulur waktu beberapa saat. Tapi untunglah kami tiba dengan selamat.
          Dengan kondisi perut keroncongan, raut wajah kusam, kami menuju tempat persinggahaan untuk membasuh diri dan (masih bisa dikatakan) sarapan. Setibanya di persinggahan, kami berbondong-bondong membawa perabotan untuk mandi dan sebagainya. Beberapa dari kami ada yang mendahulukan makan. Namun, tanpa pikir panjang aku memilih untuk mandi terlebih dahulu. Aku pikir lebih baiknya mandi terlebih dahulu sebelum makan, tapi apa boleh buat alhasil setelah mandi dan berpakaian kaos angkatan, akhirnya jatah makan pagiku tak sekomplit yang disantap kawan-kawan. Tak apa, setidaknya perut yang tadinya mengaum sekarang sudah lebih terkendalikan. Kala itu Nafil kelas 8F bersamaku. Sama-sama lemotnya juga.
          Setelah semua beres, perjalanan kami lanjutkan menuju Taman Bunga Begonia. Perjalanan yang kami tempuh tak begitu lama, hanya sekitar 1 jam. Sesampainya di Begonia, semangat kami serasa seperti full kembali meskipun setelah mengetahui adanya aturan bahwa dilarang membawa kamera digital ke dalam taman. Setidaknya kita masih bisa menikmati keelokan Begonia tanpa kamera bukan? Kesegaran dan keindahan bunga-bunga yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata membuat para pengunjung tertarik untuk selfi ria bersama. Meskipun hanya sebatas menggunakan kamera handphone. Tak masalah, selagi kita selalu bersama.

          Selain terdapat berbagai macam bunga, ada pula patung hiasan, kebun sayuran, kuda palsu, kuda sungguhan, ada juga kelinci di Taman Begonia ini loh... Tapi sayuran itu tidak untuk dibawa cuma - cuma alias tidak gratis kawan. Setiap sayuran yang kami petik harus ditimbang terlebih dahulu untuk kita bayar lalu boleh bisa dibawa pulang. Kelinci itu hanya untuk diajak berfoto juga, bukan untuk dibawa pulang apalagi untuk oleh-oleh.
          Selepas kami bermain di Taman Begonia, perjalanan kami lanjutkan ke tempat persinggahan untuk makan siang. Setelah makan siang, kemudian wisata kami berlanjut ke Farm House, di Lembang. Di Farm House ini kami diberi sebuah karcis yang dapat ditukar dengan segelas susu sapi segar. Terdapat 3 varian rasa pada susu segar ini, yaitu original, coklat, dan strawberry. Kami lebih memilih untuk menjelajah dan berfoto ria terlebih dahulu. Saat waktu berkunjung menjelang berakhir, aku menukarkan karcisku dengan segelas susu coklat segar lalu menikmatinya di dalam bis, emm nikmat. Di Farm House ini, kami menjumpai berbagai makanan yang berbahan dari susu, terdapat juga berbagai tumbuhan dan binatang.
Kunjungan kami di Farm House diakhiri pada pukul 16.00 WIB. Niat awalnya, kami akan mengunjungi Museum KAA. Namun karena waktu berkata lain, maka kami hanya bisa berlapang dada.

          Kami naik bis menuju Cibaduyut. Kami tiba di Cibaduyut pada pukul 17.00 WIB, dan diberi waktu sampai pukul 20.00 WIB untuk berkeliling melihat Cibaduyut. Di Cibaduyut, kami dapat membeli pakaian, sepatu, boneka, makanan, dan aneka souvenir lainnya. Memang harganya lebih terjangkau dari yang ada di Wonosari, tapi tidak sedikit dari kami yang malas membeli. 
          Ketika jam menunjukkan pukul 20.00 WIB, kami bersiap menuju tempat untuk makan malam sekaligus bermalam. Setibanya di tempat penginapan-Hotel Serena-, kami langsung bertata untuk menyantap makan malam bersama. Setelah makan malam usai, saatnya pembagian kunci kamar hotel. Aku mendapat kunci ruang nomor 111, letaknya di lantai paling bawah. Kemudian kami memasuki kamar kami masing-masing. Saat itu aku satu kamar dengan kawan sekelasku yaitu Dascha, Nurul, dan Aisy. Sesudah kami berempat menata segala tetek-bengek di dalam kamar, kami bersiap mandi dan shalat. Setelah semuanya clear, kami pun merasa lega dan anehnya, kami kehilangan rasa kantuk perjalanan. Rasa lelah musnah seketika, sehingga kami mengisi malam dengan berbincang sambil menonton kartun Teletubies di televisi yang menempel pada dinding ruangan.
          Alarm I berdering keras membangunkanku, menunjukkan hari itu tanggal 13 Maret 2017 dan pukul 03.15 WIB. Pikiranku belum sepenuhnya berkumpul, dalam batinku berkata bahwa rasanya aku tidur belum begitu lama. Aku langsung membangunkan Nurul tanpa rasa kasihan terhadapnya yang saat itu entah sedang bermimpi indah apa. “Rul, kuwi sik muni alarme sapa?”, yap, tepatnya seperti itulah perkataanku membangunkannya. Meskipun suaraku begitu lirih diselingi mulutku yang tak henti menguap, tapi si Nurul masih dapat kubangunkan kala itu. “HPmu Khik.” Jawabnya singkat tanpa rasa terusik karena kecerobohanku yang telah membangunkannya dari mimpi indah. “Waduh... maaf Rul”, itulah batinku setelah mematikan alarm, sebelum akhirnya kembali tengkurap di atas ranjang.
          Pukul 04.00 WIB alarm II giliran berbunyi. Bagus, kali ini aku mengenali suara itu berasal dari Hpku (lagi). Namun aku tak tahu setan apa yang berhasil mengelabuhiku untuk memilih tetap tidur dan mengabaikan dering itu. Hingga akhirnya aku terbangunkan oleh suara Dascha yang nyaris teriak bahwa sudah memasuki pukul 07.00. Nurul adalah orang pertama yang membangunkan Dascha, lalu Dascha membangunkanku, kemudian kami bertiga membangunkan Aisy. Kami sekamar adalah cewek-cewek yang bangun kesiangan, Wew-1. Kira-kira mimpi apakah kami berempat semalam?
          Kami berempat bergegas. Untunglah semua barang terkemas sejak tadi malam, sehingga kita tinggal bersih-bersih dan shalat subuh. Tapi tetap saja ada rasa ketergesa-gesaan juga diiringi rasa tidak enak karena telah melalaikan jadwal, apalagi shalat subuh pada pukul sekian. Ditambah lagi aku giliran mandi paling akhir dari mereka, tapi mending lah daripada tidak mandi. Namun kali ini yang kita korbankan adalah sarapan. Wew-2
          Tak lama menunggu, akhirnya bis kami berangkat meninggalkan Hotel Serena menuju Museum Geologi. Di tengah perjalanan rasa melilit dalam perutku datang. Akupun merogoh bekal yang ada di dalam ransel, berupa wafer coklat lalu menyantapnya hingga setengah bungkus tersisa. Lega, rasa laparku terganjal.

          Setibanya    di Museum Geologi, kami masih harus berjalan. Hal itu dikarenakan tempat parkir yang padat pengunjung lainnya. Tak jauh memang, tapi lumayan. Tak hanya itu, sesampainya kita di depan Museum Geologi, kami masih harus mengantre untuk masuk ke dalam dengan berbaris dua banjar kemudian dibagikan karcis tanda untuk masuk ke dalam museum. Di sana kami dapat melihat berbagai macam fosil. Kami berada di sana selama kurang lebih 1 jam.
Di dalam Museum, aku, teman sekelasku yaitu kelas 8H dan Pak Sigit, selaku wali kelas kami foto bersama dengan berbagai pose kemudian diedit oleh petugas museum agar tampak menarik. Sayangnya foto kami belum juga tercetak padahal waktu kunjungan kami telah berakhir. Aku dan Nurul menunggu hasil cetakan foto itu, sedangkan kawan-kawan lainnya sudah menaiki bis dan siap pergi meninggalkan tempat, berangkat ke objek selanjutnya. Hatiku semakin resah karena 5 kali pencetakan hasilnya tidak memuaskan (wew-3) dan aku merasa tidak enak karena menjadi bahan tungguan orang banyak. Nurul apalagi, dia pasti juga merasa bersalah. Setelah berdiskusi panjang-lebar dengan bapak pencetak foto, akhirnya kami berdua dapat meng-cancel cetakan foto kami. Sebagai gantinya, bapak tersebut memberikan 2 lembar hasil cetakan foto tadi pada kami. Meski tak begitu bagus tapi lumayan untuk kenang-kenangan. “Kenapa nggak dari tadi to Pak, Pak???” _- , sayangnya hanya kuucap dalam hati karena terburu oleh rasa gerogi.
Langkahku setengah berlari menuju bis sedikit gontai. Rasa ketidak enakan kembali menghampiriku dan Nurul. Padahal kami berdua beda bis. Aku bis 3, sedangkan Nurul bis 1. Apalagi jarak kami berjalan terasa lebih jauh dari jarak kenyataannya. Sesampainya akan memasuki bis, aku langsung meminta maaf dan menjelaskan alasanku terlambat pada bapak sopir dan teman semua. Untunglah mereka semua memaafkan.
Tak lama setelah aku berhasil mengatur nafas, bis pun berjalan menuju Sundial. Cuaca di Sundial begitu terik. Awalnya aku mengira bahwa kita akan panas-panasan, tapi syukurlah kita di dalam ruangan. Di Sundial kami mencoba berbagai peralatan yang berkaitan dengan sains. Seperti jam matahari vertikal dan horizontal, bermain pasir besi, dll. Yang paling unik (menurutku) yaitu sepeda melintas di atas tali, karena membutuhkan keseimbangan.

Setelah berkeliling dan terkagum, kami keluar dari ruangan dan panas-panasan. Kami diarahkan ke seberang jalan lalu akhirnya berfoto di bawah (samping) tower, di atas semacam perbukitan. Ada yang jongkok, loncat, nggelundhung, dan pose lain sebagainya. Kami senang bisa mengabadikan momentum yang jarang seperti ini.

Sekiranya waktu berkunjung habis, kami beranjak dari tempat. Aku cepat-cepat masuk bis dan mulai mencari sisa wafer coklatku lalu menghabiskannya akibat sudah tak tahan dengan rengekan perutku karena pagi tadi tak sempat sarapan di hotel. Tapi yang membuatku lupa akan rasa lapar itu adalah karena tujuan wisata terakhir yaitu Trans Studio, khususnya nanti makan terlebih dahulu setibanya di area. Hore!
Perjalanan menuju Trans Studio tak terasa berarti. Kami bergegas menuruni bis lalu menyantap dengan lahab nasi box yang telah dibagi. Setelah itu sholat terlebih dahulu, baru menuju Trans Studio. Sebelumnya kami telah menerima karcis masuk, kemudian kami menaiki eskalator menuju lantai atas Trans Studio. Kami masuk dicek satu-persatu, memastikan agar tak ada yang membawa makanan ataupun minuman dari luar.

Setelah berhasil masuk, kami langsung membaur dengan pengunjung lain. Mula-mulanya hanya melihat, kemudian aku tertarik menaiki Giant Swing. Pada saat itu aku dan kawan-kawan belum tahu bagaimana jalannya wahana tersebut, kami pun langsung buru-buru antre. Kami kira akan biasa saja, normal-normal saja. Eh, ternyata setelah beberapa saat menunggu, kami akhirnya tahu ternyata kita akan di putar dan diayun-ayun dengan dahsyatnya oleh permainan itu. Kami buat mimik wajah woles supaya tidak terlihat nerfous. Hingga tiba waktunya kami menaiki wahana Giant Swing, Wow menantang bukan main! Banyak di antara kami yang histeris, dan teriak-teriak. Saat seperti ini aku selalu berzikir, Lailahailallah...

Selanjutnya kami memasuki Full Effects Action. Di dalam sana kami disuguhkan drama action berdurasi sekitar 20 menit yang nampak berbahaya tetapi sangat mengutamakan keamanan dan keselamatan. Tema yang diambil pada action yang disuguhkan yaitu kejahatan berakhir dengan keadilan. Para pemerannya begitu profesional sehingga membuat para pemirsa tergagum-kagum dan tak jarang ada yang histeris. Ada pak polisi, penjahat, perampok, penjaga swalayan, bencong, dan lain sebagainya. Properti yang digunakan di dalamnya juga tidak tanggung-tanggung, ada mobil, saluran air, pistol, dan api juga. Latar yang ada tidak monoton, seperti POM bensin, gedung, dan swalayan. Acting yang (menurutku) keren yaitu saat salah satu tokoh di dalamnya ada yang terbakar, berani sekali. Tidak menyesal telah menghabiskan 20 menit untuk menyaksikan wahana tersebut, keren...
Yang ke-3 adalah Dunia Lain. Hanif, Jalu 8G, Ni’ma, Putri, dan Aku tentunya, kami berlima berniat untuk mengetest rasa keberanian kita. Antrean memasuki wahana ini begitu panjang, namun kami tetap sabar karena rasa penasaran yang mendalam. Tiba saatnya masuk wahana, kami difoto terlebih dahulu dengan berpose ala-ala harimau yang memamerkan cakar tajamnya. Dalam satu kereta yang akan menghantar kami di perjalanan menyusuri wahana, minimal harus terdapat 3 orang dan maksimal 4 orang. Berhubung jumlah kami ganjil yaitu 5, mau tak mau salah satu dari kami harus berpisah. Siapa itu? Akulah yang merelakan diri untuk berpisah dengan mereka dan berniat satu kereta dengan 2 orang sebayaku yang berasal dari rombongan lain. Mereka berdua sama sekali tidak aku kenal, tapi masih mending karena mereka adalah perempuan. Wew-4. Dalam perjalanan menyusuri wahana tentunya wajah kami yang semula bahagia, relaks berubah menjadi sedikit was-was. Saking suasananya kemrungsung, aku sampai lupa menanyakan siapa nama teman satu keretaku itu. Apalagi dengan mereka berdua yang sangat ketakutan, sampai-sampai memintaku untuk memegangi tangannya. Padahal wahana itu sebenarnya tak semengerikan yang ada dibayanganku. Seandainya wahana ini sekeren namanya, pasti akan lebih greget deh. Sayangnya yang mengisi itu cuma boneka dan beberapa proyektor saja. Euh!
Selanjutnya aku menaiki Dunia Raksasa/Halilintar/Histeria atau apa sajalah orang menyebutnya. Aku menunggu parade berlangsung terlebih dahulu karena wahana ini diberhentikan sementara hingga parade usai. Setelah parade selesai, barulah tantangan dimulai. Ketika aku, Ni’ma, Putri, Gilang dan Hanif naik wahana ini, kami merasa akan lebih terpacu adrenalinnya. Namun ternyata lebih menegangkan naik Giant Swing tadi. Pertama, kita duduk dan mengancingkan perlengkapan keamanan. Kedua, kita akan segera diluncurkan naik ke atas. Pada saat itu belum terasa sensasi menegangkannya. Ketiga, wahana akan berhenti beroperasi sejenak ketika telah mencapai puncak. Saat itulah kita bisa menyaksikan pemandangan wahana-wahana lain yang bergemerlap dari ketinggian. Kemudian, saatnya BOOM!!! Kami dihempaskan ke dasar, rasanya begitu menakjubkan. Dan begitulah seterusnya secara berulang hingga kita diturunkan.
Wahana ke-5 adalah Jelajah, sejenis kereta yang melintasi air (eh?) . Seru sekali. Jadi, kita basah-basahan waktu itu. tapi ada sedikit kecewa sih. Mending kalau airnya jernih, tak berbau, nikmat. Tapi ini mah airnya tidak aman, soalnya berbau. Memang menantang tapi bisa membuat trauma karena pasal air yang berbau itu.  Tetap semangat meski pernah dikecewakan J(pesan moral)
Nah berikutnya, Yamaha Racing Coaster. Itu loh yang background-nya gambar kingkong mangap. Terlihat menantang adrenalin. Aku mencobanya dengan semangat, bahkan temanku mencobanya berulang-ulang saking ketagihannya. Menurutku permainan ini tak begitu menegangkan. Predikat utama sementara masih diduduki oleh Giant Swing. Oke, tetap keren kok...
Ini nih, akhirnya wahana yang paling kena bagiku yaitu Vertigo. Sekilas bila kita lihat, wahana ini memang nampak sederhana. Namun, siapa sangka bahwa nyatanya wahana ini begitu menggugah adrenalin para penaiknya. Di wahana ini aku dan temenku serasa diputer, blender, diangkat, digulung-gulung. Paling TOP pokoknya. Tidak panjang kali lebar, satu kata buat Vertigo. Warbyasah!

Wahana yang terakhir kukunjungi yaitu Ocean World. Dunia ikan yang unik sekali. Edukasi cocok untuk anak usia dini. Tujuan utamaku ke sini untuk merefresh setelah menaiki berbagai wahana berat, karena memang di dalam wahana ini suasananya begitu menyejukkan.  Kita bisa belajar, bermain, menggali informasi, dan berfoto juga. Ternyata tidak hanya menenangkan saja, tapi juga menarik dan bermanfaat untuk mendidik anak. Wahana yang rekomended banget!
Kawan, sebenarnya banyak peristiwa yang kita alami tiap harinya. Tersimpan sejuta petuah dalam pengalaman yang kita punya. Mulailah memahami setiap apa yang kalian terima, dan jangan pernah mengeluhkan sebuah kesulitan yang ada.
Kita tidak boleh memaksakan kehendak dengan keadaan yang kenyataannya berbeda dengan yang kita inginkan. Itu tidak seharusnya dilakukan. Justru hal itu akan mempersulit keadaan.
 Mungkin pengalamanku ketika liburan ke Bandung ini tak semenyenangkan yang aku bayangkan, tapi aku sadar setiap yang terjadi itu adalah ketetapan Allah swt, dan aku sadar bahwa aku tak mampu merencanakan apalagi memungkiri sekenario dari Tuhan. Yakinlah, setiap terselip suatu kesulitan, pasti di sana juga akan dilimpahkan kenikmatan.
Sekian kisah pengalamanku di Bandung, semoga bermanfaat bagi kalian J


Tidak ada komentar:

Posting Komentar