Jerit Si Lemah
By. Khikmatul Khanun
Bila sampai masanya,
Tiba para parewa
berbondong-bondong angkat senjata. Berebut hak nan tahkta, abai dengan abdi
yang tertatih tak berkuasa juga lumuran derita. Sungguh terjadi. Benturan di
mana-mana. Mereka hanya membisu, seakan
kaku termakan kewajiban pilu, takdir sembilu.
Teronggok jiwa tak
berdaya, raga berserakan tak terelakkan.
Bagaimana anak cucu? Hanya mampu terdiam bagaikan kuning telur membeku
dan membelam. Begitu disayangkan, kasihan. Ketika di antaranya, mereka,
terjaga, kemudian bersua:
“ Harta pertiwiku
Jantung nadiku,
Enyah
Kar’na merekalah,
Mereka sang pemusnah
Tak
bertanggung jawab
Atas
tindakan penaka sampah
Sirna mutiara yang didamba
Membelam
kian dalam
Tenggelam
Tinggalkan
kelam
Menyesallah,
Wahai
pembawa resah!
Sebelum
duka lara kian menjarah”
Dan raut
senja kelabu menyingsing tapak-tapak yang garing seiring detik berdesing,
sembari rerintik membasuh bumi tercinta. Meratakan bekasnya. Meneduhkan lara
yang pernah membara.
Semoga hari
esok ‘kan jadi lebih bermakna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar