Secarik Binar Seta
Menepi dari riuh hiruk-pikuk gemerlap angan ketika hati merasa bimbang adalah keadaan yang mengalunkan benakku saat ini. Kawula bercengkrama, sorak-sorai melambangkan kebahagiaan perasaan mereka yang menyala. Menyadarkanku akan arti terbelenggu.
Terkadang aku gembira
Sesekali 'ku tertawa,
mencoba hablurkan lara
Lara yang muncul untuk kesekian kalinya
Hanyalah duka selinapi dada
Apakah selalu aku ini yang di landa nestapa?
Kalbu seolah meronta 'tuk kuajak melangkah,
lupakan hari lalu yang kelam itu,
'tuk menapaki setapak cerah nan indah
Ayolah,
Aku sudah lelah
Tak mau lagi pura-pura sumringah
Ingin aku berubah,
jadi sosok yang seutuhnya tabah
Namun,
raga ini tetap saja membisu
Andai saja kau tahu,
aku tak mau takdirku begitu
Selalu diselubungi sembilu
Tolong bantu aku,
larikan diri dari lorong kelabu
Hingga mulutku berbusa,
merengek dan meminta
Akankah kawula ulurkan tangannya?
Setidaknya seta masih ada
Setia di sisiku selalu,
sepanjang masa
Karena sejujurnya,
aku hanya merindukan binarnya
Binar yang menyinsingku di hadapan larung senja
Menemaniku menapaki takdir yang tersisa
Secarik binar seta,
janganlah sirna
Biarkan dirimu temani daku di masa senja,
hingga akhir usia
Wonosari, 27 Januari 2017
Khikmatul Khanun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar